Breaking News

Produsen Green Nickel Product, Ceria Terus Dukung Hilirisasi Mineral di Indonesia




Foto Istimewa Imelda


Jakarta, Sahabat sultra.com - PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) sebagai perusahaan pertambangan nikel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dimiliki oleh anak bangsa kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung industri nikel berkelanjutan dengan berfokus pada teknologi baterai dan New Energy Vehicle (NEV). Komitmen ini disampaikan dalam acara Indonesia Critical Minerals Conference(ICMC) & Expo 2024 yang diselenggarakan di Hotel Mulia Jakarta pada 11 – 13 Juni 2024. 


Corporate Secretary PT Ceria Nugraha Indotama, Imelda Kiagoes, mengungkapkan bahwa keikutsertaan Ceria pada konferensi ini semakin memperkuat posisi Ceria dalam rantai pasokan global baterai EV. 


“Roadmap Ceria Group adalah menjadi global player dalam memproduksi Green Nickel Product dan baterai kendaraan listrik yang berbasis pada kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG),” ungkapnya dalam siaran persnya, Ahad (16/6/24).


Imelda juga menambahkan bahwa sebagai perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Ceria dalam proyeknya juga berkomitmen untuk mengedepankan energi terbarukan serta konsisten dalam menjalankan Good Mining Practice dalam setiap operasinya.


“Ceria telah menerima pengakuan khusus dalam kategori perusahaan yang mematuhi Inflation Reduction Act (IRA) & telah mendapatkan Renewable Energy Certificate (REC) untuk menjamin 100% pasokan energi terbarukan, dengan setiap 1 unit REC mewakili konsumsi energi listrik 1 Megawatt-hour (MWh),” tambah Imelda.


Posisi Ceria sebagai pelaku industri kompetitif, baik di pasar nikel maupun baterai kendaraan listrik juga mencerminkan tekad perusahaan untuk turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomilokal dan nasional. 


“Ceria berkomitmen untuk menyediakan produk nikel berkualitas tinggi yang ramah lingkungan, memberikan nilai tambah, dan mendukung keberlanjutan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat setempat,” tegas Imelda.


Senada dengan Imelda, Amando Kaligis selaku GM Business Development Ceria, juga mengungkapkan bahwa Ceria dalam aktivitasnya selalu memperhatikan aspek-aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola perusahaan, serta menerapkan praktik-praktik pertambangan yang mengacu pada standar internasional Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) 50dengan fokus pada Lingkungan, Sosial dan Keberlanjutan. 


Dia juga menjelaskan roadmap bisnis Ceria, yang salah satunya mencakup peluncuran smelter RKEF Line 1 untuk memproduksi Ferronickel dengan kandungan nikel 22%, sedang dalam tahap akhir penyelesaian di tahun 2024.


“Sebagai perusahaan pertambangan nikel terintergrasi dari hulu hingga hilir dan dengan status sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Objek Vital Nasional (Obvitnas), Ceria menggunakan teknologi pemrosesan dan pemurnian yang terbaru, seperti tungku persegi panjang (rectangular furnace) pada smelter RKEF dengan konsumsi energi yang rendah dan umur pengoperasian yang lebih panjang dibandingkan tungku melingkar (circular furnace). Pada proyek HPAL (High Pressure Acid Leaching) Line 1 dengan target konstruksi dimulai di kuartal terakhir 2024, juga memastikan menggunakan tailing storage facility yang terbaik sehingga menerapkan sistem pembuangan yang ramah lingkungan,” ujarnya.


Selain itu, salah satu yang menjadi sorotan dalam konferensi ini adalah booth Ceria yang ramai dikunjungi oleh peserta. 


Mereka tidak hanya tertarik dengan peta jalan bisnis Ceria dan model 

proyek smelter 'Merah Putih' serta pengembangan HPAL milik Ceria, tetapi juga sangat antusias terhadap produk kualitas UMKM binaan Ceria dari masyarakat di daerah lingkar tambang yang dipamerkan dalam acara tersebut.


Ceria terus mendukung rencana pemerintah dari awal kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam memberikan nilai tambah produk nikel dalam negeri dan membangun ekosistem baterei kendaraan 

listrik ramah lingkungan sehingga menjadi pemain global yang kompetitif. 


Penyerahan penghargaan


Imelda menambahkan bahwa dukungan keberlanjutan dari pemerintah sangat diharapkan dalam bentuk kebijakan dan 

infrastruktur yang mendukung perkembangan industri.


Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar di dunia sangat memerlukan dukungan pemerintah untuk memastikan harga bijih nikel yang kompetitif dibandingkan dengan tren harga global, 

sehingga dapat menambah daya saing industri kita dan keuntungan yang maksimal bagi pemerintah dari royalti mineral. 


“Kami di bawah Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), terus memberikan dukungan kepada pemerintah untuk menerapkan Indeks Harga Nikel Indonesia,” jelasnya.


“Kami yakin kebijakan industri nikel yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo akan terus berlanjut dibawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden baru terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, sehingga akan menambah daya saing Indonesia sebagai negara industri yang maju,” tutup Imelda. 


Adapun Indonesia Critical Minerals Conference 2024 ini menghubungkan puluhan ahli, praktisi, dan pemimpin industri pertambangan dari berbagai latar belakang, serta dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari berbagai negara. Konferensi ini juga semakin menunjukkan tren positif industri nikel di Indonesia dan ekosistem Electric Vehicle (EV) secara keseluruhan. (Red)


© Copyright 2024 - SAHABAT SULTRA