![]() |
Foto Aswin |
Muna Barat, Sahabatsultra. Com - Dalam perhelatan politik Pilkada Muna Barat yang berlangsung lima tahun sekali, masyarakat dihadapkan pada situasi yang tidak biasa, yakni munculnya calon tunggal dalam kontestasi ini. Calon tunggal ini dinilai oleh banyak pihak sebagai sosok yang kurang kompeten, tidak hanya dalam hal kapasitas kepemimpinan, tetapi juga dalam hal etika politik.
Menurut Aswar, seorang aktivis yang kerap disapa dengan julukan "Sang Revolusioner", kehadiran calon tunggal ini dianggap telah mencederai nilai-nilai demokrasi. Ia menilai bahwa fenomena ini lebih sarat dengan kepentingan politik pribadi yang dikemas dalam pencitraan di hadapan publik.
"Panggung pencitraan adalah salah satu arena kemunafikan," ujar Aswar, dalam keterangan tertulisnya Minggu 15 September 2024.
"Saya melihat bahwa sosok calon tunggal ini cenderung mengedepankan strategi yang lebih bersifat manipulatif daripada mengutamakan kepentingan masyarakat luas," Tambahnya.
Lebih lanjut, Aswar mengingatkan pentingnya refleksi diri bagi masyarakat Muna Barat. "Kita tidak boleh menjadi budak kekuasaan. Seharusnya kita memilih pemimpin yang benar-benar merakyat dan memiliki kualitas kepemimpinan yang mumpuni.
"Kabupaten Muna Barat masih butuh banyak pembangunan dan kepemimpinan yang jujur, amanah, dan cerdas dalam membuat kebijakan demi kesejahteraan rakyatnya," Tegasnya.
Mengacu pada nilai-nilai Islam, Aswar menekankan pentingnya pemimpin yang memiliki sifat siddiq (jujur), amanah (bertanggung jawab), dan memiliki wawasan intelektual yang matang. Ini bertentangan dengan apa yang dia sebut sebagai "sekadar pencitraan" dari calon tunggal La Ode Darwin dan Ali Basa, yang dinilai tidak menunjukkan visi yang jelas untuk kemajuan Muna Barat.
"Oleh karena itu saya menghimbau kepada seluruh masyarakat Muna barat untuk lebih bijak dalam memilih pemimpin, agar tidak terjebak dalam ilusi politik yang hanya akan menguntungkan segelintir orang, tetapi merugikan masyarakat secara luas," Tutupnya.
Social Header